UAS, UBN dan UAH Satu Panggung Tekankan Pentingnya Persatuan

UAS, UBN dan UAH Satu Panggung Tekankan Pentingnya Persatuan

UAS, UBN dan UAH Satu Panggung Tekankan Pentingnya Persatuan
Ustadz Zaitun Rasmin, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Bachtiar Nasir (keempat dari kanan) serta Ustadz Abdul Somad dikerumuni para peserta usai memberikan ceramah pada acara Pertemuan Ulama dan Da'i se-Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa ke-5, di Jakarta, Kamis (5/7/2018). (Foto: INA/SF)

JAKARTA (Suaramuslim.net) – Di malam puncak acara Pertemuan ilmiah Ulama dan Da’i se-Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa ke-5, para peserta menanti suatu momen yang ditunggu-tunggu.

Para ustadz masyhur yang selama ini memenuhi ruang-ruang di media sosial, pada malam itu duduk di satu meja, bergantian berceramah di hadapan para ulama dan masyekh dari berbagai negara dengan intensif berbahasa Arab.

Dimoderatori Ustdaz Zaitun Rasmin, para ustadz yang ketika itu dipanggil dengan gelar “syekh” itu pun satu per satu menyampaikan risalah Islam dengan kekhasannya masing-masing.

“Syekh Bachtiar Nasir, Syekh Abdul Somad, dan Syekh Adi Hidayat,” Ustadz Zaitun Rasmin memanggil satu per satu ketiganya ke atas panggung.

Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) diberi giliran pertama dan berbicara menyinggung soal persatuan dan lemahnya kondisi umat Islam saat ini dalam politik, ekonomi, dan bidang strategis lainnya.

Dalam menjelaskan hal tersebut, UBN mengutip kisah terkenal ulama dari Mesir Syekh Mutawalli As-Sya’rawi yang menjawab pertanyaan seorang orientalis mengenai kebenaran Al-Quran. Cukup singkat ceramah UBN pada malam itu.

“Saya meyakini persatuan di antara kita, tidak akan pernah terjadi sebelum kita meng-upgrade status dari sekedar Muslimin menjadi Mu’minin,” ujar UBN, seperti yang dilansir dari Islamic News Agency (INA) kantor berita yang diinisiasi JITU.

Selanjutnya, Ustadz Abdul Somad (UAS) mengawali ceramahnya dengan memperkenalkan diri kepada para masyekh mengenai latar belakang pendidikan dan asal-usulnya.

Dalam ceramahnya, UAS membawa masalah perbedaan madzhab fikih dengan pembawaan yang ringan. Dia bahkan terkadang menyelipkan humor yang tak jarang membuat para peserta dan para ulama yang lengkap dengan gamis dan kefiyyehnya itu tak mampu menahan tawa.

“PERSIS, NU, Muhammadiyah semuanya adalah saudara kami. Perbedaan-perbedaan yang ada hanyalah bersifat furu’iyah (cabang) bukan ushuliyah (landasan atau dasar-dasar agama),” ucap UAS.

Sementara itu Ustadz Adi Hidayat (UAH), dengan gaya bahasa yang puitis, yang didukung dengan penyebutan ayat-ayat Al-Quran yang dikontekstualisasikan dengan sejarah Islam di Nusantara berkali-kali membuat para peserta berdecak kagum.

Dia ingin berpesan, bahwa datangnya rahmat Allah ke Indonesia tidak dapat dilepaskan begitu saja dari peran para ulama terdahulu yang telah menyebarkan agama Islam ke berbagai penjuru Tanah Air.

UAH, yang memiliki latar belakang Muhammadiyah, secara fasih dapat menyebutkan silsilah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.

Selain dihadiri ulama, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga tampak hadir di acara tersebut. Anies hadir tanpa berbicara di hadapan umum dan mengaku hanya ingin menikmati ceramah para ustadz.

Acara kemudian diakhiri dengan diskusi antara peserta dari berbagai negara mengenai materi yang disampaikan ketiga ustadz tersebut. Tampak Ustadz Felix Siauw dan artis Arie Untung juga hadir dan tampak menikmati suasana acara yang berjalan dengan khidmat.

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Teguh Imami

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment