Jangan Asal, Ini Lho Sindiran yang Diperbolehkan dalam Islam

Jangan Asal, Ini Lho Sindiran yang Diperbolehkan dalam Islam

Ilustrasi mendengarkan. Ils: mim.or.id

Suaramuslim.net – Fungsi Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang di dalamnya sudah diatur begitu banyak aspek kehidupan di dunia. Agar semua itu bisa diatur, maka diperlukan dasar hukum Islam serta peraturan yang sudah disusun rapi dalam Al-Qur’an, sunnah Rasulullah SAW, ijma ulama, qiyas dan sebagainya.

Hal ini juga berlaku dengan hukum menjaga seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan dosa besar dalam Islam mulai dari menjaga mata, mulut, lidah, hidung, perut, kemaluan, kaki dan bagian tubuh lain sehingga selalu berbuat kebaikan dan terlindungi dari berbagai perbuatan tercela seperti contohnya menyindir orang yang akan kita ulas dalam kesempatan kali ini.

Tetapi, tahukah kamu bahwa dalam pembicaraan, kadangkala kita butuh mengungkapkan kalimat sindiran dan tidak boleh terang-terangan. Bahkan, larangan untuk terang-terang tersebut adakalanya datang dari syariat, seperti terang-terangan dalam melamar wanita yang masih dalam masa iddah karena ditinggal mati suaminya.

Melansir dari muslimahdaily, berikut beberapa contoh kasus saat orang diperintahkan untuk menggunakan kata-kata sindiran, dikutip dari buku Fikih Akhlak karya Syaikh Musthafa al-Adawy.

1. Sindiran untuk menikahi wanita yang masih dalam masa iddah

Sebagaimana diketahui, seorang wanita yang janda ditinggal mati oleh suaminya tak boleh dilamar secara terang-terangan selama dia masih dalam masa iddah. Larangan ini berdasarkan kesepakatan kaum muslim.

Tetapi, diperbolehkan bagi seseorang untuk menyindir dan menunjukkan isyarat bahwa dirinya berkenan untuk menikahi wanita tersebut.

Allah berfirman, “Tidak ada dosa bagi kalian dalam sindiran yang kalian lakukan, seperti melamar para wanita atau kalian simpan (perasaan itu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kalian akan menyebutkannya kepada mereka (para wanita). Akan tetapi jangan kalian menjanjikan nikah dengan mereka secara sembunyi-sembunyi, kecuali kalian mengatakan ucapan yang baik.” (Al-Baqarah: 235).

Dalam al-Muwaththa, Imam Malik meriwayatkan bahwa Qasim mengatakan ayat di atas maksudnya adalah: seorang laki-laki berkata kepada seorang wanita yang masih dalam masa iddah karena ditinggal mati oleh suaminya, “Engkau mulia bagiku,” “Aku ada rasa senang padamu,” “Semoga Allah memberimu rezki yang baik,” dan kata-kata lainnya yang merupakan ungkapan kehendak melamarnya.

2. Sindiran Aisyah tentang keutamaan dirinya

Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pandanganmu jika engkau masuk dalam sebuah lembah yang di dalamnya ada tanaman yang sudah dimakan dan yang belum dimakan. Pada tanaman yang manakah engkau akan mengembalakan untamu? Beliau menjawab, “Pada tanaman yang belum dimakan.” (Al-Bukhari).

Aisyah bermaksud mengatakan bahwa istri-istri Rasulullah hanya dirinya yang perawan ketika dinikahi. Aisyah mengatakan seperti itu dalam rangka menjelaskan posisinya di hadapan Rasulullah, namun dia tidak ingin ada orang lain mencelanya. Maka ia menggunakan kata-kata sindiran.

3. Menghindarnya Rasulullah dari menyebut nama

Saat Rasulullah mendapat gangguan dari Abdullah ibn Ubai ibn Salul, ia menyampaikan hal ini ketika naik ke atas mimbar kemudian berkata,

“Siapa yang menolongku dari seseorang yang gangguannya menimpa aku dan keluargaku. Demi Allah, hanya kebaikan yang aku ketahui tentang keluargaku,” beliau tak menyebutkan nama pelaku, bahkan sampai membuat Saad ibn Mu’adz bertanya kepadanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?” (Al-Bukhari dan Muslim).

4. Sindiran Nabi Ibrahim pada Ismail

Dari Ibnu Abbas, tentang kisah Nabi Ibrahim dengan istri Ismail (putra Ibrahim).

“Setelah Ismail menikah, Ibrahim datang untuk menjenguknya. Saat itu Ismail tidak ada di rumah, Ibrahim menanyakan keadaan Ismail pada istrinya, istri Ismail menjawab, ‘Kami hidup dalam kesulitan..’ ia mengadu pada Ibrahim.

Kemudian, Nabi Ibrahim berkata pada menantunya, ‘Jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dna perintahkan dia untuk mengganti daun pintunya.’

Ketika Ismail datang, dia seolah merasakan sesuatu dan bertanya pada sang istri. ‘Apakah ada orang yang datang ke rumah kita? Istrinya menjawab, ‘Ya tadi ada seorang tua yang datang dan ia begini dan begitu. Dia bertanya tentang engkau, maka aku ceritakan kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku menjawab bahwa kehidupan kita susah dan berat.’

Ismail bertanya lagi, “Apakah dia menitipkan pesan untukku?’ Istrinya menjawab, ‘Ya, dia memerintahkan kepadaku untuk menyampaikan salam kepadamu dan memintamu untuk mengganti daun pintumu.’ Ismail melanjutkan, ‘Dialah ayahku. Dia memerintahkan aku untuk menceraimu.” (Al-Bukhari).

5. Sindiran Ummu Darda

Dari Abu Juhaifah, “Rasulullah mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Salman mengunjungi Abu Darda dan dia melihat Ummu Darda dalam keadaan lusuh. Kemudian Salman bertanya kepadanya, ‘Mengapa kondisimu seperti itu?’ Ummu Darda menjawab, ‘Saudaramu, Abu Darda tidak punya gairah sama sekali terhadap dunia.” (Al-Bukhari).

Saat ditanya, Ummu Darda menjawab dengan jawaban yang baik keluar dalam hatinya. Kalimat yang digunakan adalah untuk memuji suaminya yang tidak menyetubuhinya dan tidak menaruh perhatian pada penampilannya itu dengan model jawaban yang sangat beretika, “Saudaramu, Abu Darda tidak punya gairah sama sekali terhadap dunia.”

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment