Suaramuslim.net – Setelah agama Islam datang ke nusantara, tentu bertambah pulalah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini. Sedikit-demi sedikit, hingga Islam menjadi agama mayoritas. Melalui akulturasi budaya, Islam berkembang di Indonesia.
Wali Songo, boleh dibilang sebagai peletak dasar dakwah yang paling cemerlang sepanjang sejarah perkembangan budaya Islam di nusantara. Dengan tangan dinginnya, berhasil mengubah paradigma Islam yang semula asing itu menjadi agama mayoritas hingga sekarang.
Prof. Merle Calvin Ricklefs, Ph.D., seorang penulis buku Sejarah Indonesia Modern, menyebutkan dua proses masuknya Islam ke nusantara. Pertama, penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing (Arab, India, Cina) pemeluk Islam menetap di suatu wilayah Indonesia, lalu menikah dengan penduduk asli.
Mereka mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya, lalu mendifusikan Islam. Dari sinilah kemudian tradisi dan budaya tersebut berpengaruh dengan tradisi dan budaya yang sudah ada sebelumnya.
Para Wali Mencipta Seni Tingkat Tinggi
Keberhasilan dakwah para wali itu, disokong oleh selera yang tinggi atas seni. Mereka sadar betul, sebagai agama baru yang masih terbilang asing bagi budaya masyarakat nusantara, Islam harus disampaikan dengan baik dan lemah lembut, tidak dengan kekerasan. Para wali itu mengakomodir bentuk-bentuk seni lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Maka dari tangan mereka lahirlah karya-karya seni yang tetap lestari hingga sekarang. Sunan Kalijaga menggubah Lir-ilir yang amat filosofis dan sastrawi namun dengan bahasa yang mudah dicerna masyarakat. Sunan Kudus mendirikan Masjid Kudus dengan memadukan arsitektur Islam dan Hindu. Sunan Kalijaga dan Sunan Gresik menggunakan wayang yang notabene budaya dari India, sebagai alat dakwah.
Sementara itu, Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, seorang penulis buku Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, mengemukakan bahwa dari Al Quran lahir seni turunannya, yaitu kaligrafi. Seni tulis Al Quran ini pada awalnya lebih banyak dipakai sebagai hiasan pada dinding-dinding istana dan masjid Kekhalifahan Islam.
Pada perkembangannya, kaligrafi banyak menghiasi dinding-dinding rumah kaum Muslimin. Di Indonesia, kaligrafi pertama kali ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 1082 M) yang sekaligus menjadi penanda awal masuknya Islam di Indonesia dan beberapa makam lainnya pada abad ke-15 masehi.
Selain itu, masih banyak seni dan budaya Islam lain seperti qiraah (seni baca Al Qur’an), masjid Kudus (seni bangunan dengan arsitektur seperti candi), berbagai suluk, hikayat dan sya’ir dalam perkembangan seni sastra, menjadi bukti betapa luas pengaruh budaya Islam di nusantara. Sehingga menjadikan nusantara ini sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Tugas kita selanjutnya adalah, menjaga, melestarikan, mendoakan nusantara ini menjadi baldatrun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Kontributor: Khoirun Nisa
Editor: Muhammad Nashir